Pembatal iman / “nawaqidhul iman”
adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk
didalamnya yakni antara lain:
1. Mengingkari rububiyah Allah atau
sesuatu dari kekhususan-kekhususanNya, atau mengaku memiliki sesuatu
dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita
selain masa’, dan mereka sekali-kali tidak mempu-nyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
(QS.Al-Jatsiyah: 24)
2. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak
(pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).
Barangsiapa yang enggan dari menyembahNya dan menyombongkan diri, nanti
Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadaNya. Adapun orang-orang yang
beriman dan berbuat amal shalih, maka Allah akan menyempurnakan pahala
mereka dan me-nambah untuk mereka sebagian dari karuniaNya. Adapun
orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa
mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi
diri mereka, pelindung dan penolong selain daripadaNya.”
(QS.An-Nisa’: 172-173)
(QS.An-Nisa’: 172-173)
3. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemadharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka
berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah’.
Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi? Mahasuci Allah dan
Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).”
(QS.Yunus: 18)
(QS.Yunus: 18)
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan)
do’a yang benar. Dan berhala-berhala yang meraka sembah selain Allah
tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti
orang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air
ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do’a
(ibadah) orang-orang itu, hanyalah sia-sia belaka.”
(QS.Ar-Radu: 14)
(QS.Ar-Radu: 14)
4. Menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.
Begitu pula orang yang menyifati
seseorang (makhluk) dengan sesuatu sifat yang khusus bagi Allah, seperti
ilmu Allah. Termasuk juga menetapkan sesuatu yang dinafikan Allah dari
diriNya atau yang telah dinafikan dariNya oleh RasulNya Shalallaahu
alaihi wasalam.
Allah berfirman kepada Rasulnya:
“Katakanlah, Dialah Allah, yang Mahaesa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
(QS.Al-Ikhlas: 1-4)
(QS.Al-Ikhlas: 1-4)
“Hanya milik Allah asma’ husna , maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma’ husna itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
mereka kerjakan.”
(QS.Al-A’raf: 180)
(QS.Al-A’raf: 180)
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadat kepadaNya. Apakah kamu mengetahui ada seseorang
yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
(QS.Maryam: 65)
(QS.Maryam: 65)
5. Mendustakan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tentang sesuatu yang beliau bawa.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang
sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulNya); kepada mereka telah
datang rasul-rasulNya dengan mambawa mu’jizat yang nyata, zubur, dan
kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab
orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat
kemurkaanKu.” (QS.Fathir: 25-26)
6. Berkeyakinan bahwa petunjuk
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak sempurna atau menolak suatu
hukum syara’ yang telah Allah turunkan kepadanya, atau meyakini bahwa
selain hukum Allah itu lebih baik, lebih sempurna dan lebih memenuhi
hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Allah dan RasulNya dengan
hukum yang selainnya, atau meyakini dibolehkannya berhukum dengan selain
hukum Allah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak ber-hakim kepada thagut itu,
padahal mereka telah diperintah meng-ingkari thagut itu. Dan syetan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”
(QS.An-Nisa’: 60)
(QS.An-Nisa’: 60)
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS.An-Nisa’: 65)
(QS.An-Nisa’: 65)
“Barangsiapa yang tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.”
(QS.Al-Maidah: 44)
(QS.Al-Maidah: 44)
7. Tidak mau mengkafirkan orang-orang
musyrik atau ragu tentang kekafiran mereka, sebab hal itu berarti
meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rasul saw.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“…dan mereka berkata, Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu
disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar
dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak
kami kepadanya.”
(QS.Ibrahim: 9)
(QS.Ibrahim: 9)
8. Mengolok-olok atau mengejek-ejek
Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa dan yang
sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
atau seorang nabi, baik itu gurauan maupun sungguhan.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesung-guhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah,
ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”
(QS.At-Taubah: 65-66)
(QS.At-Taubah: 65-66)
9. Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang muslim.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka
adalah pemimpin bagi pemimpin yang lain. Barangsiapa di antara kamu
mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesung-guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zhalim.”
(QS.Al-Maidah: 51)
(QS.Al-Maidah: 51)
10. Meyakini bahwa orang-orang tertentu
boleh keluar dari ajaran Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, dan
tidak wajib mengikuti ajaran beliau.
Allah berfirman: “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu,
dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.”
(QS.Al-Maidah: 3)
(QS.Al-Maidah: 3)
11. Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau mengamalkannya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa.”
(QS.As-Sajdah: 22)
(QS.As-Sajdah: 22)
Inilah sebagian pembatal-pembatal iman
yang paling nyata. Masih banyak pembatal-pembatal iman yang lain seperti
sihir, menolak Al-Qur’an baik sebagian maupun keseluruhannya, atau
meragukan ke-mu’jizatannya atau menghina mushaf atau sebagiannya, atau
menghalalkan sesuatu yang sudah disepakati keharamannya seperti zina
atau khamar, atau menghujat agama serta mencelanya.
Na’udzu billah min dzalik. Wallahu a’lam bisshawab..
Na’udzu billah min dzalik. Wallahu a’lam bisshawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar